Beton adalah komponen buatan
dari gabungan material alam yang diaduk dengan komposisi tertentu untuk
mendapatkan kekuatan tekan yang diinginkan. Material alam sebagai campuran dari
beton adalah pasir, koral atau split, semen, dan air. Agar diperoleh kekuatan
tertentu atau kecepatan dalam pengeringannya, biasanya beton dicampur dengan
zat adiktif atau bahan kimia pembantu (chemical admixture). Untuk
pekerjaan jenis beton tertentu, juga digunakan jenis semen tertentu. Sementara
untuk pekerjaan biasa, semen yang digunakan adalah jenis semen portland (PC).
Ini disebabkan ada jenis semen yang tahan terhadap garam, alkali, atau panas
yang tinggi. Di dalam pekerjaan pembangunan di Indonesia, semua pekerjaan beton
harus sesuai dengan beberapa referensi, di antaranya ialah.
a) Peraturan
Beton Bertulang Indonesia (PBI NI 2 1971)
b) Peraturan
Pembebanan Indonesia untuk Gedung 1983
c) American
Society of Testing and Materials (ASTM)
d) Standar
Industri Indonesia (SII)
e) Standar
Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung (SKSNI T 15 1991 03)
f ) Pedoman
Perencanaan Beton Bertulang clan Struktur Dinding Bertulang untuk Rumah dan
Gedung (SKBI 2362-1986).
Biasanya yang dilakukan masyarakat dalam membuat
komposisi.
campuran
beton bertulang adalah 1 : 2 : 3. Artinya, beton tersebut merupakan campuran
dari 1 bagian semen, 2 bagian pasir, dan 3 bagian koral yang diaduk dengan air.
Namun, komposisi campuran ini tentu saja tanpa pengujian lebih lanjut mengenai
kekuatan karakteristiknya atau kekentalannya.
B.
Karakteristik Balok Beton Bertulang
Kekuatan karakteristik beton biasanya disebut dengan
K yang di belakangnya diikuti dengan angka, misalnya 100, 125, 200, 250, 300,
atau 500 dengan satuan kg/cm2. Misalnya suatu campuran beton memiliki kekuatan karakteristik
K200. Ini berarti beton bersangkutan akan kuat menahan tekanan sebesar 200
kg/cm2. Uji lain dari kekuatan ini dapat dilakukan di
laboratorium
uji beton atau dengan menclgunakan hammer test. Alat ini dapat ditenteng
ke proyek dan ditembakkan pada beton setelah kering. Bila pengujiannya
dilakukan di laboratorium, sampel beton yang akan diuji dicetak berbentuk kubus
atau silinder.
Dari uraian tersebut menjelaskan bahwa beton
merupakan komponen bangunan yang berfungsi untuk menhan tekanan. Bila beban di atasnya lebih besar maka beton
akan melentur saat dipasang sebagai balok horisontal dan akan tertekuk saat
dipasang sebagai kolom vertikal. Lenturan dan tekukan yang diterima oleh beton
tentu tidak, dapat ditahan karena beton bersifat kaku dan tidak elastis
sehingga diperlukan pemasangan besi beton.
C.
Ukuran Besi Beton
Bila berkunjung ke toko material dan melihat besi
beton, sekilas pasti akan terlihat bahwa besi tersebut sama. Padahal sebenarnya
ada besi yang ukuran diameternya tidak sesuai dengan penyebutannya dan
panjangnya tidak sampai 12 meter. Hal ini dapat dibuktikan dengan pengukuran
menggunakan alat ukur diameter seperti sigmat.
Misalnya besi 10 dengan diameter 10 mm dan panjangnya 12 m. Besi ini di
pasaran sering disebut besi full atau besi KS (Krakatau Steel). Besi dengan
diameter besar berbentuk pipa atau berbentuk profil H, I, dan U. Besi ini mampu
menahan tekanan dan lenturan.
Besi profil biasanya dijual dalam dimensi dan
panjang tertentu. Bila seluruhnya adalah besi maka akan sulit saat membawanya
atau membentuknya. Bahkan harganya akan sangat mahal. Syarat-syarat
pembengkokan tulangan beton yaitu: kait dan bengkokan. Setelah dipotong pada panjangnya
maka batang-batang itu dibengkokkan dalam bentuk yang telah ditentukan dan
ujung-ujungnya dibengkokkan dalam bentuk:
a). kait penuh
b). kait miring
c). Bengkokan tulangan.
Agar hasil pembengkokan tulangan tidak tcrjadi
kesalahan yang berarti, maka setiap pekerjaan penulangan harus merinci
penulangan-penulangan tersebut antara lain:
a) Mencari/menghitung
jumlah besi yang dibengkokkan dan yang akan dipotong.
b) Memisahkan
dan menjumlahkan berapa banyaknya tulang utama, tulang pembagi, dan tulang
ekstra.
c) Menentukan
diameter besi serta jenis besi yang diperlukan dari gambar perencanaan.
d) Menentukan
jumlah berat besi yang diperlukan dalam pelaksanaan pembesian.
Dalam pekerjaan penulangan setelah kita menentukan
jumlah berat, jumlah batang yang dibengkokkan dan panjang besi tulangan dari
tiap-tiap macam yang dibengkokkan kemudian kita mengerjakan:
a) Memotong.
b) membengkok
c) Merangkai.
Pekerjaan pembengkokan penulangan besi beton di
lapangan pada umumnya masih menggunakan tangan tetapi ada juga yang menggunakan
mesin, pembengkokan besi tulangan yang dilaksanakan dengan tangan harus pada
meja pembengkok yang kuat dah aman. Meja ini dilapisi pelat agar tidak cepat
rusak, juga merntperkuat kedudukan besi yang ditanam pada meja.
D
. Kekentalan Beton
Saat membuat beton sendiri dan ingin mendapatkan
mutu tertentu atau kekentalan tertentu maka diperlukan perlakuan simulasi.
Simulasi karakteristik beton yang dipersyaratan dalam perhitungan struktur
dilakukan sebelum pengecoran beton konstruksi. Caranya dengan membuat kubus berukuran
15 cm x 15 cm x 15 cm atau 20 cm x 20 cm x 20 cm maupun silinder dengan ukuran
tinggi 30 cm dan diameter 15 cm menggunakan simulasi adukan atau campuran 1 2 :
3; 1 : 1,5 : 2,5; atau 1 : 3 : 5. Beton simulasi tersebut selanjutnya dibawa ke
laboratorium terlebih dahulu untuk uji mutu sebelum digunakan pada pekerjaan
konstruksi. Dari pengujian akan diperoleh mutu beton yang baik untuk konstruksi
beton.
Di daerah-daerah perkotaan sudah banyak dijuai beton
dengan mutu tertentu yang sering disebut ready mix. Keuntungan
menggunakan beton ready mix adalah terjaminnya mutu beton karena dipesan sesuai
karakteristik yang disyaratkan dan harganya pun lebih murah. Murahnya harga
beton tersebut karena perusahaan beton jadi seperti ready mix menggunakan semen
curah yang harganya memang lebih murah dibanding semen dalam kemasan sak.
Bahkan rata-rata perusahaan beton jadi mempunyai mesin pemecah batu sendiri. Pengukuran
kekentalan beton diperlukan untuk jenis pekerjaan tertentu, lembek/encer
ataukah agak keras/kental. Pengujian kekentalan ini dapat dilakukan dengan
mudah dan praktis. Adapun langkah pengujian kekentalan beton (slump test) sebagai
berikut:
a) Sediakan
cetakan beton berbentuk silinder dengan diameter bagian bawah 20 cm dan
bagian atas 10 cm dengan tinggi 30 cm.
b) Masukkan beton ke dalam cetakan tersebut
setebal sepertiga bagian cetakan. Lalu tusuk tusukan beton tersebut dengan besi
beton sebanyak sepuluh kali tusukan dengan jumlah waktu selama 30 detik.
c) Masukkan
kembali beton hingga memenuhi duapertiga bagian cetakan. Lalu, kembali beton
tersebut ditusuk-tusukan dengan besi beton sebanyak sepuluh tusukan juga selama
30 detik.
d) Masukan
beton untuk lapis ketiga hingga memenuhi seluruh cetakan, lalu ditusukkan kembali dengan besi beton
sebanyak sepuluh tusukan selama 30 detik.
e) Ratakan permukaan atasnya dan diamkan selama
30 detik.
f) Tarik
kerucut tersebut secara perlahan-lahan jangan sampai betonnyahancur.
g) Ukur
ketinggian beton tersebut dan bandingkan dengan tinggi beton sebelum didiamkan
30 detik (setinggi bidang kerucut).
Hasil pengukuran
tingginya tentu akan berkurang setelah didiamkan. Untuk pekerjaan dinding dan
pondasi pelat atau pondasi telapak, slump yang diizinkan adalah 5,0 - 12,5 cm.
Sementara untuk pekerjaan pelat lantai, balok, dan kolom, slump yang diizinkan adalah 7,5 - 15,0 cm.
Untuk pekerjaan beton, slump yang diizinkan adalah 5,0 -7,5 cm.
Tabel berikut memperlihatkan angka slump untuk
beberapa pekerjaan struktur.
Jenis
pekerjaan
|
Angka
slump
|
Pondasi,
konstruksi bawah tanah
|
9
± 2,5 cm
|
Kolom
praktis, balok lantai, sunsreen
|
14
± 2 cm
|
Pekerjaan
jalan
|
7,5
± 5 cm
|
E.
Kelas Matareial dan Mutu Beton
Di dalam buku Peraturan Beton Bertulang Indonesia
tahun 1971, beton dibagi dalam tiga kelas, yaitu sebagai berikut.
a) Beton
kelas 1, yaitu beton untuk pekerjaan nonstruktural (disebut BO).
b) Beton
kelas 2, yaitu beton untuk pekerjaan struktural yang pelaksanaannya membutuhkan
pengawasan dengan keahlian yang cukup dan mutu betonnya adalah B1, K125, K175,
dan K225. Beton ini biasanya digunakan untuk rumah tinggal, sekolah, pertokoan,
dan sebagainya.
c) Beton kelas 3, yaitu beton untuk pekerjaan
struktural yang mutunya di atas K225 yang pelaksanaannya membutuhkan pengawasan
dengan keahlian khusus. Pengpunaannya untuk beban yang berat, seperti jembatan,
jalan layang, jalan tol, dan sebagainya.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus